Tweet Novel. Cerita dari Jakarta. - Pramudya Ananta Tur. Tjerita dari Djakarta (1957), sebagaimana ditulis dengan ejaan lama dalam buku asli, adalah kumpulan kisah yang sebelumnya sudah didahului oleh koleksi kisah-kisah pendek indah menarik seperti Percikan Revolusi (1950), Subuh (1950) dan CeriÂta dari Blora (1952).
Oleh Sabjan Badio, Burhan Nurgiyantoro, dan Hartono Abstract This study aims to describe the struggle of the character in the novel Arus Balik. The method used is the content analysis method. Data is obtained by reading and recording techniques. Data were analyzed with qualitative descriptive analysis techniques through data comparison, categorization, data presentation, and inference. The results showed that the struggle of the character in the Arus Balik novel by Pramoedya Ananta Toer consisted of heroism 28%, nationalism 33%, never giving up 25%, family relationship 9%, and selflessness 5%. The value of the struggle for heroism consists of being wary of the enemy, defending the people, defending the truth, selflessness, daring to die, being responsible, and commanding authority. The value of nationalism consists of love for the flag itself, loyal to the leader, thinking about the safety of the country, supporting the struggle to defend the country, and participating in defending the country. The value of the unyielding struggle consists of fighting to the death and believing in your abilities. Meanwhile, the value of selfless struggle consists in not expecting any honor and not expecting any position. Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perjuangan tokoh dalam novel Arus Balik. Metode yang digunakan adalah metode analisis isi. Data diperoleh dengan teknik membaca dan mencatat. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif melalui perbandingan antardata, kategorisasi, penyajian data, dan inferensi. Hasil penelitian menunjukkan perjuangan tokoh dalam novel Arus Balik karya Pramoedya Ananta Toer terdiri atas heroisme 28%, nasionalisme 33%, pantang menyerah 25%, kekeluargaan 9%, dan tanpa pamrih 5%. Nilai perjuangan heroisme terdiri atas waspada terhadap musuh, membela rakyat, membela kebenaran, tidak mementingkan diri sendiri, berani mati, bertanggung jawab, serta berwibawa memimpin pasukan. Nilai nasionalisme terdiri atas cinta pada bendera sendiri, setia pada pemimpin, memikirkan keselamatan negara, mendukung perjuangan bela negara, serta ikut serta membela negara. Nilai perjuangan pantang menyerah terdiri atas melawan sampai mati dan percaya kepada kemampuan sendiri. Sementara itu, nilai perjuangan tanpa pamrih terdiri atas tidak mengharapkan penghormatan dan tidak mengharapkan jabatan. Keywords heroism; kinship; nationalism; Pramoedya Ananta Toer; selflessness Baca artikel lengkapnya di Indonesian Language Education and Literature ILEaL Journal melalui tautan ini .... Thanks for reading Nilai Perjuangan dalam Novel Arus Balik Karya Pramoedya Ananta Toer Tags SASTRA Related Posts Show comments
PramoedyaAnanta Toer, Politik, & Sastra: Kajian Politik Jawa dalam Novel Arok Dedes dan Arus Balik, oleh Anandito Reza Bangsawan (Media Pressindo, 2017). Indonesia Tidak Hadir di Bumi Manusia: Pramoedya, Sejarah, dan Politik, oleh Max Lane (Djaman Baroe, 2017). Suatu Hari dalam Kehidupan Pramoedya Ananta Toer, oleh Alfred D. Ticoalu (Epigraf
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption id="attachment_164565" align="alignright" width="300" caption="Sampul Arok Dedes"][/caption] Judul Arok Dedes Penulis Pramoedya Ananta Toer Isi xiv + 561 halaman Penerbit Lentera Dipantara ISBN 978 – 979 – 3820 – 14 – 9 Cetakan Juli 2009 Harga Rp. Membuka lagi buku Arok Dedes ini membuat saya ingin menuliskan resensinya. Buku lama memang, tapi roman politik ini saya rasa tidak jauh beda dengan semangat politisikita saat ini. Semangat perebutan kekuasaan. Buku ini sebenarnya merupakan buku pertama dari tetralogi “Arok Dedes”, buku berikutnya adalah Mata Pusaran, Arus Balik dan MangirDrama. Tidak berlebihan bila buku karya Pramoedya Ananta Toer ini disebut sebagai salah satu sumbangan Indonesia untuk dunia. Siapa tak kenal Pram? kandidat Asia paling utama untuk Hadiah Nobel. Penulis kontroversial kelahiran Blora, Jawa Tengah pada tahun 1925 yang menghabiskan hampir separoh hidupnya dalam penjara – sebuah wajah semesta yang paling purba bagi manusia-manusia bermartabat. Arok Dedes adalah roman politik yang komplek dengan latar pedalaman sejarah kerajaan Jawa. Berkisah tentang kudeta pertama di Nusantara. Kudeta ala Jawa. Kudeta licik tapi cerdik. Berdarah tapi pembunuh sejatinya bertepuk dada menikmati penghormatan yang tinggi. Melibatkan gerakan militer, menyebarkan prasangka dari dalam, memperhadapkan antar kawan, dan memanasi perkubuan. Aktor-aktornya bekerja seperti hantu. Kalaupun gerakan diketahui, namun tiada bukti yang sahih bagi penguasa untuk menyingkirkannya. Arok adalah simpul dari gabungan antara mesin paramiliter licik dan politisi sipil yang cerdik rakus dari kalangan sudra/agrari yang merangkakkan nasib menjadi panguasa tunggal tanah jawa. Arok tak mesti memperlihatkan tangannya yang berlumur darah mengiringi kejatuhan Ametung di Bilik Agung Tumapel, karena politik tak selalu identik dengan perang terbuka. Politik adalah permainan catur diatas papan bidak yang butuh kejelian, pancingan, ketegangan melempar umpan-umpan untuk mendapat peruntungan besar. Tak ada kawan dan lawan. Yang ada hanya tahta dimana seluruh hasrat bisa diletupkan sejadi-jadi yang dimau. Yang menarik dari roman ini adalah kecerdasan penulis dalam mengangkat kompleksitas permasalahan dengan lancar, mengalir dan membangun suasana. Dimulai dari latar belakang Arok, seorang sudra yang tidak jelas asal usulnya namun menjelma jadi seorang Ksatria dan Brahmana sekaligus. Arok juga merupakan perpaduan yang unik antara penganut Shiwa, Wisnu dan Budha, karena dalam perjalanan hidupnya dia belajar dari beberapa guru yang berbeda keyakinan. Keterlibatan kaum beragama dalam perebutan kekuasaan juga diulas dengan halus dan mengalir dalam cerita ini. Keberadaan Belakangka sebagai wakil Kerajaan Kediri di Pakuwuan Tumapel menunjukkan ambisi dan pengaruh kaum bangsawan. Restu dari kaum Brahmana yang didapat Arok dalam menggulingkan sang akuwu, serta kehidupan keseharian para Brahmana adalah buktibagaimana kearifan sekaligus ambisi kaum agama diperlihatkan. Nuansa feodal jawa yang begitu kental pun tak terbantahkan. Pola komunikasi antar kasta yang sangat diskriminatif bahkan terlihat sejak dari panggilan seperti Yang Mulia, Yang Suci. Belum lagi perlakuan terhadap kaum sudra, ironi kehidupan para budak yang harus dikenali lewat tapas dikepala, sampai pada nasib jejaro-jejaro yang harus dipotong lidahnya demi menjaga rahasia. Masih banyak lagi fakta-fakta miris berkaitan dengan feodalisme jawa diperlihatkan,kebiasaan yang sampai saat ini masih jadi kebanggaan bagi sebagian orang. Pemanfaatan perempuan dalam perebutan kekuasaan juga merupakan cerita yang menarik danmenentukan, dimana Arok berhasil memanfaatkan Dedes sebagai umpan dan tahta pun didapat dengan gemilang, tanpa cacat. Cerita ini ditutup dengan unik, selain mendapatkan tahta Tumapel, Arok juga menyatukan antara penganut Wisnu dan Shiwa dalam satu kekuasaan. Umang, istri pertama Arok adalah seorang Wisnu dan Dedes, istri kedua Arok adalah murni darah Brahmani Shiwa. Lihat Catatan Selengkapnya
Bahasasastra menurut kaum formalis Rusia adalah bahasa yang mempunyai ciri deotomatisasi atau penyimpangan dari cara penuturan yang telah bersifat otomatis, rutin, biasa, dan wajar. Penyimpangan dalam bahasa sastra dapat dilihat secara sinkronik, yang berupa penyimpangan bahasa sehari-hari. b. Stile dan Stilistika.
FilterBukuNovel & SastraBuku ImportMasukkan Kata KunciTekan enter untuk tambah kata 65 produk untuk "novel arus balik" 1 - 60 dari 65UrutkanAdpaket novel tetralogi pramoedya ananta toer-bumi manusia,arus claiy-ingAdNOVEL TERE LIYE SEPOTONG HATI YANG BantulPustaka Baru Press 3AdRAPIJALI DEE 3%Jakarta SelatanMillennia 100+AdNovel Tere Liye Buku 16AdTerlarisSelamat Tinggal Pre Order Tere TimurGramedia Official 750+Buku novel Arus Balik Pramoedya Ananta 9Terpopuler Novel Arus Balik By Pramoedya Ananta TimurHesty MeutyatikaNovel Arus Balik, Arok Dedes Pramoedya Ananta Toer, LamonganBuku PaganNovel Sastra ARUS BALIK. Pengarang Pramoedya Ananta BaratklikbukubekasNovel ARUS BALIK [ADA TTD] PRAMOEDYA ANANTA TOER Original Buku
ResensiNovel Orang Orang Proyek Karya Ahmad Tohari. Judul : Orang Orang Proyek Novel ini menceritakankehidupan tokoh utama yaitu Karman secara flashback atau kilas balik. , hidup tanpa ayahnya danh arus banting tulangbekerja menjadi pembantu dan pengasuh anak Haji Bakir, tetangganya, orang terkaya dan terpandang di desa Pegaten. Karman
Sinopsis Novel Arus Balik Karya Pramoedya Ananta Toer - Selamat siang, selamat berjumpa lagi dengan blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi sinopsis novel Arus Balik karya Pramoedya Ananta Toer yang diterbitkan oleh Hasta Mitra pada tahun 1995. Arus Balik adalah sebuah epos pasca kejayaan Nusantara sebagai kekuatan dan kesatuan maritim pada awal abad 16. Arus Balik mengisahkan tentang sebuah arus yang berbalik. Setelah keruntuhan kerajaan Majapahit 1478 M membuat arus Nusantara yang dahulunya merupakan mercusuar dari Selatan yang selalu mendominasi Utara, akhirnya harus menerima kenyataaan bahwa arus yang selama ini berjalan, telah berbalik. Hingga pada akhirnya Indonesia dan sekitarnya Nusantara saat itu harus menerima kenyataan sekian abad lamanya terjajah. Pada awalnya Nusantara sebagai wilayah selatan Asia mampu menjadi mercusuar peradaban dunia dengan kerajaan yang maha besarnya, Majapahit, yang kekuasaannya tersebar hingga Tumasik sekarang Singapura, Malaya Malaysia, dan beberapa negera ASEAN lainya, namun itu hanyalah dongengan belaka bagi masyarakat Nusantara waktu itu sekitar tahun 1251 M. Kerajaan Majapahit sudahlah hancur dalam perang saudara tak berkesudahan, wafatnya sang Mahapatih Sakti Mandraguna Gajah Mada menjadi titik awal, kemudian berturut-turut peristiwa menggrogoti kerajaan ini, dan akhirnya lenyap setelah kedatangan agama Islam. Setelah itu Arus pun berbalik, kerajaan-kerajaan yang dahulunya berada dalam kekuasaan Majapahit akhirnya melepaskan diri. Para keturunan bangsawan Majapahit pun lebih memilih konsentrasi pada wilayah kekusaaan yang tersisa, termasuk Adipati Tuban, Adipati Arya Teja Tumenggung Wilwatikta. Tidak seperti nenek moyangnya yang selalu ambisius melebarkan sayap kekuasaan, Wilwatikta tidak berhasrat sama sekali untuk memperluas kekuasaannya. Tapi, masa depan Tuban akan berubah drastis bukan saja bergeraknya arus dari eksternal kedatangan Portugis dan internal hadirnya Demak yang ambisius, namun yang lebih penting munculnya sosok Galeng pemuda desa yang hadir dalam hingar bingar arus tersebut dengan cemerlangnya wibawa dan mahirnya memikat hati masyarakat sekitarnya lewat kemahiran silatnya. Idayu dan Galeng adalah pemuda desa yang berasal dari keturunan rakyat biasa. Di desanya, mereka sering mendengarkan ceramah Rama Cluring seorang guru pembicara yang kerjanya berpetualang dan berbicara di setiap tempat yang disinggahinya. Isi ceramah Rama Cluring yang selalu hidup di pikiran mereka adalah tentang melawan kemerosotan dan tentang persatuan Nusantara. Inilah yang kemudian jadi dasar bagi Galeng dalam menjalankan tugas negara. Materi tentang kemerosotan yang sering disinggung Rama Cluring adalah kemerosotan kaum ningrat dan kemerosotan rakyat. Saat membicarakan kedua hal tersebut, tidak jarang sampai mengkritik adipati, hal yang setengah mustahil dilakukan waktu itu. Karena kritikannya itu, Rama Cluring diracun oleh kepala desa. Sebelum meninggal, Galeng dan Idayu-lah yang mengurusnya. Ketika kembali diadakan berbagai kejuaraan di Tuban, kepala desa berniat mengirimkan Galeng dan Idayu yang sudah dua kali berturut-turut mendapatkan juara. Semula mereka menolak, namun karena ancaman kepala desa atas perbuatan mereka yang menolong Rama Cluring, akhirnya mereka bersedia ikut. Mereka menjadi juara untuk ketiga kalinya, Idayu menjadi juara tari dan Galeng menjadi juara gulat. Sebagai juara tiga kali berturut-turut, Idayu terkena aturan khusus, yaitu harus menjadi selir adipati. Mengetahui hal itu, Idayu dan Galeng sangat sedih. Sebagai juara, Idayu diperbolehkan mengajukan permintaan kepada adipati. Permintaan yang diajukannya adalah agar dirinya dinikahkan dengan Galeng. Adipati Tuban marah, tangannya memegang keris. Namun, dihentikannya karena kesadaran bahwa seluruh rakyat Tuban mencintai Idayu. Patih Tuban menunjukkan dukungannya atas Idayu dan Galeng, begitu juga hadirin yang lain. Adipati Tuban akhirnya meluluskan permintaan Idayu, tidak hanya itu, Galeng dan Idayu dinikahkan di kadipaten, menjadi pengantin kerajaan. Tidak lama berselang, Galeng diangkat menjadi Syahbandar Muda Tuban. Salah satu tugasnya adalah mengawasi Syahbandar Tuban yang dicurigai punya hubungan dengan Portugis. Tidak hanya itu, kemudian Galeng diangkat menjadi Kepala Angkatan Laut Tuban. Sebagai kepala angkatan laut, tugas pertama yang diembannya adalah bergabung dengan Adipati Unus, melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka 1512-1513 M. Walaupun ikut berangkat, Galeng tidak ikut bertempur karena Adipati Tuban sengaja memperlambat keberangkatannya, agar namanya tidak hancur di mata Jepara dan kerajaan lain dan juga tetap baik di mata Portugis. Galeng hanya menemukan armada Adipati Unus pulang dalam keadaan hancur. Bahkan, Adipati Unus sendiri menderita luka di sekujur tubuhnya. Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar bahwa mantan Syahbandar Tuban yang tidak rela dengan penggantiannya, menggalang kekuatan di Desa Rajeg. Tidak hanya itu, aktivitasnya sudah menunjukkan akan melakukan penyerangan terhadap Tuban. Atas berita ini, Patih Tuban berusaha menggerakkan tentara yang cukup besar. Namun, Adipati Tuban tidak pernah berkenan, dia hanya mengizinkan untuk memberangkatkan lima ratus orang tentara. Karena tindakan adipati ini, ditambah penghinaan yang sering diterimanya, Patih Tuban menjadi patah semangat. Melihat tidak ada niat pada Patih-Senapati Tuban untuk memberantas pemberontak, Galeng terpaksa membunuhnya dan mengambil alih semua tentara. Kadipaten dikosongkannya, adipati dijauhkan dari kekuasaan agar tidak mengganggu rencananya. Dalam waktu tidak terlalu lama, tentara Rajeg berasil dihancurkan. Setelah mendapatkan kemenangan yang gemilang, Galeng kembali menyerahkan kekuasaan pada adipati. Namun, Adipati Tuban tidak menerima tindakan Galeng yang dianggapnya lancang. Hanya karena dukungan dari para pemimpin pasukan lain—ditambah pengetahuan adipati bahwa semua rakyatnya mencintai Galeng dan Idayu—dia bisa terbebas dari hukuman mati. Akhirnya tindakan terkeras yang dapat dilakukan adipati hanyalah mengusir Galeng dari Tuban. Sementara itu, Sultan Demak meninggal dan digantikan putra mahkotanya yang bernama Unus 1518 M. Keadaan Unus yang cidera membuat dia hanya bertahta selama tiga tahun. Walaupun begitu, dirinya sudah berusaha membangun angkatan laut yang besar, semua pendanaan dikerahkan ke Bandar Jepara, tempat pembuatan kapal-kapal perang yang besar. Sepeninggal Adipati Unus 1521 M, Trenggono naik tahta dengan cara membunuh Pangeran Seda Lepen yang berpotensi untuk menggantikan Unus. Atas desakan ibunya, Trenggono yang lebih mengutamakan pasukan kuda itu akhirnya bersedia menyerang Malaka. Fatahillah diangkat sebagai pimpinan pasukan lautnya. Sementara itu, pasukan kuda tetap berada di tangannya. Untuk melakukan penyerangan tersebut, Ratu Aisah sudah menjalin kerja sama dengan beberapa kerajaan. Seperti pada penyerangan pertama 1512-1513, Tuban ikut serta. Oleh karena itu, Galeng dipanggil kembali ke Tuban untuk bergabung dengan Demak menyerang Malaka. Adipati mengutus Patih Tuban yang baru Kala Cuwil Sang Wirabumi untuk menjemputnya. Pada penyerbuan kali ini Demak yang dipimpin Fatahillah berkhianat dengan melakukan penyerangan terhadap Jawa dari arah Barat. Sementara itu, pasukan kuda yang dipimpin oleh Trenggono melakukan penyerangan terhadap Jawa bagian timur. Seperti kerjaan-kerjaan lain, Tuban pun tidak lepas dari serangan Demak, hanya dengan usaha keras dan sikap pantang menyerah sajalah mereka berhasil mengusir kembali pasukan Demak. Galeng merasa usahanya tidak akan berhasil dengan sedikitnya jumlah pasukan dan persenjataan. Oleh karena itu, dia tidak marah kepada anak buahnya yang berubah menjadi petani bersenjata dan menikah dengan penduduk setempat. Setelah mengetahui bahwa Portugis melakukan penyerangan dan menguasai Tuban, Galeng beserta beberapa orang prajurit pulang ke Tuban. Dalam pimpinannya pasukan Tuban berhasil mengusir Portugis. Galeng adalah rakyat biasa dengan pengabdiannya yang luar biasa. Setelah mengabdi untuk adipati, bangsa, dan negaranya, dia kembali menjadi petani di pedalaman Tuban. Itulah tadi sinopsis novel Arus Balik karya Pramoedya Ananta Toer. Semoga bisa bermanfaat dan menghibur pembaca semuanya.
. 194 170 406 23 381 345 221 112
resensi novel arus balik